• Januari 15, 2025 8:24 PM

Perubahan Usia Pernikahan Pertama dan Pernikahan Terlambat di Masyarakat Jepang

ByDatingApp JAPAN

Des 28, 2024
Changes in the Age of First Marriage and Late Marriage among Japanese

Terkait perubahan usia pernikahan pertama di Jepang, salah satu tren yang paling mencolok selama beberapa dekade terakhir adalah tren menuju pernikahan di usia lanjut. Dalam beberapa tahun terakhir, usia pernikahan pertama bagi pria Jepang telah meningkat menjadi sekitar 30 tahun dan sekitar 29 tahun bagi wanita, dan tren ini tidak bersifat sementara, melainkan mencerminkan perubahan latar belakang dan nilai sosial. Artikel ini akan membahas secara terperinci realitas dan latar belakang tren menuju pernikahan di usia lanjut ini.

Perubahan Usia Pernikahan Pertama

Dari periode pascaperang hingga periode pertumbuhan ekonomi Jepang yang pesat, usia rata-rata pernikahan pertama di Jepang relatif rendah, sekitar 25-26 tahun untuk pria dan 23-24 tahun untuk wanita. Namun, sejak tahun 1990-an, usia pernikahan pertama telah meningkat secara bertahap, dan lajunya telah meningkat pesat sejak tahun 2000-an. Di balik peningkatan ini terdapat kombinasi berbagai faktor yang kompleks.

Faktor-faktor utama yang berkontribusi terhadap peningkatan pernikahan di usia lanjut

1. Tingkat pendidikan telah menjadi lebih canggih

Di Jepang modern, jumlah orang yang menempuh pendidikan tinggi meningkat. Secara khusus, angka perempuan yang masuk perguruan tinggi telah meningkat tajam, dan hal ini sering kali menyebabkan waktu pernikahan diundur. Tren yang menekankan pembelajaran dan perolehan keterampilan di lembaga pendidikan mendukung pengembangan karier individu, tetapi juga mendorong orang untuk memilih tidak terburu-buru menikah.

2. Penekanan pada stabilitas keuangan

Penekanan pada stabilitas keuangan merupakan faktor penting lainnya dalam tren pernikahan di usia lanjut. Saat ini di Jepang, pekerjaan tidak tetap sedang meningkat dan pendapatan kaum muda sering kali tidak stabil. Dalam keadaan ini, semakin banyak orang yang menunda pernikahan hingga mereka memperoleh pendapatan yang stabil. Selain itu, waktu persiapan yang lebih lama sering kali dibutuhkan untuk memperhitungkan beban keuangan yang terkait dengan pernikahan, seperti biaya pernikahan dan perumahan baru.

3. Perubahan nilai-nilai sosial

Dulu, ada usia yang dianggap sebagai “usia yang tepat” dan pernikahan yang termasuk dalam kerangka tersebut adalah hal yang umum. Namun, saat ini, ada kesadaran yang berkembang bahwa pernikahan itu sendiri tidaklah penting. Khususnya di daerah perkotaan, nilai-nilai yang menekankan kebebasan dan kemandirian individu menjadi lebih umum, dan semakin banyak orang memilih untuk tidak memandang pernikahan sebagai bagian dari tahap kehidupan mereka. Bentuk-bentuk kemitraan juga semakin beragam, dan semakin banyak pasangan memilih untuk tidak terikat pada pernikahan resmi.

4. Perubahan dalam pasar aktivitas pernikahan

Meskipun penyebaran agen perjodohan dan aplikasi perjodohan telah meningkatkan jumlah kesempatan untuk bertemu orang, ada kecenderungan untuk memilih pasangan dengan hati-hati saat menggunakan layanan ini. Akibatnya, proses pernikahan menjadi lebih lama, yang dianggap sebagai salah satu alasan tren pernikahan yang terlambat.

Kelebihan dan Kekurangan Pernikahan yang Terlambat

Pernikahan yang terlambat memiliki kelebihan dan kekurangan. Salah satu kelebihannya adalah memungkinkan orang untuk menikah setelah mereka membangun karier, sehingga meningkatkan rasa stabilitas keuangan mereka. Keuntungannya juga memudahkan untuk membangun hubungan yang lebih matang dengan memilih pasangan setelah seseorang mencapai pertumbuhan pribadi.

Di sisi lain, salah satu kekurangannya adalah masalah usia optimal untuk memiliki anak. Khususnya bagi perempuan, peningkatan risiko yang terkait dengan usia kehamilan yang lebih tua akan membutuhkan pembentukan keluarga yang terencana. Selain itu, menikah di usia yang lebih tua dapat memberikan beban yang lebih berat pada pengasuhan anak dan masa pensiun.

Prospek Masa Depan

Tren menuju pernikahan di usia lanjut diperkirakan akan terus berlanjut. Pada saat yang sama, seiring dengan semakin meluasnya nilai-nilai yang fleksibel terhadap pernikahan dan keluarga, masyarakat di mana individu dapat dengan bebas membuat pilihan mereka sendiri harus diwujudkan. Misalnya, pengembangan lingkungan yang memungkinkan orang untuk menyeimbangkan pekerjaan dan pengasuhan anak, dan pengakuan terhadap bentuk-bentuk keluarga yang beragam, termasuk keluarga LGBTQ+, merupakan isu-isu penting.
Masyarakat Jepang sedang menjauh dari “model keluarga standar” di masa lalu menuju sistem nilai yang lebih beragam. Dalam konteks ini, sistem yang fleksibel dan langkah-langkah dukungan yang sesuai dengan gaya hidup individu diperlukan. Misalnya, upaya konkret diperlukan untuk meningkatkan dukungan pengasuhan anak dan melegalkan pernikahan sesama jenis.

Kesimpulan

Peningkatan usia pernikahan pertama, atau pernikahan di usia lanjut, di Jepang merupakan fenomena sosial yang disebabkan oleh perubahan dalam pendidikan, ekonomi, dan nilai-nilai. Perubahan ini tidak selalu negatif, karena hal ini menunjukkan tren individu yang mengejar kehidupan yang lebih personal. Namun, jika dukungan yang tepat diberikan untuk mengatasi tantangan terkait pernikahan dini, akan terbangun masyarakat tempat semua orang dapat mewujudkan pilihan mereka dengan ketenangan pikiran.