• Januari 15, 2025 8:14 PM

Pernikahan dan Karier Wanita Jepang

ByDatingApp JAPAN

Jan 3, 2025
Marriage and Careers of Japanese Women

Hubungan antara pernikahan dan karier bagi perempuan di Jepang kontemporer tengah mengalami transisi besar. Di masa lalu, perempuan biasanya berhenti dari pekerjaan setelah menikah, tetapi dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak perempuan yang melanjutkan karier setelah menikah. Hal ini disebabkan oleh peningkatan sistem pendukung masyarakat secara keseluruhan dan diversifikasi nilai-nilai. Artikel ini akan membahas status terkini keberlanjutan karier perempuan, peningkatan dukungan untuk kehidupan setelah menikah, dan perubahan dalam bentuk dan nilai-nilai pernikahan.

Status Terkini Keberlanjutan Karier Perempuan

Menurut data dari Kantor Kabinet, persentase perempuan pekerja di Jepang meningkat setiap tahun. Secara khusus, tingkat pekerjaan perempuan di akhir usia 30-an dan 40-an berada pada titik tertinggi sepanjang masa, dan keberadaan perempuan yang mempertahankan karier setelah menikah meningkat. Hal ini disebabkan oleh alasan-alasan berikut.

1. Perubahan gaya hidup

    Pasangan yang sudah menikah telah menjadi norma, dan semakin umum bagi perempuan untuk bekerja guna mendukung anggaran keluarga.

    2. Meningkatnya pendidikan perempuan

      Dengan meningkatnya angka pendidikan tinggi dan jumlah perempuan dengan keterampilan tingkat lanjut, motivasi mereka untuk bekerja pun meningkat.

      3. Respons perusahaan

        Semakin banyak perusahaan yang menciptakan lingkungan kerja yang lebih nyaman bagi perempuan, seperti dengan menawarkan program cuti pengasuhan anak yang lebih baik dan memperkenalkan sistem waktu fleksibel.

        Bersama-sama, faktor-faktor ini meningkatkan jumlah perempuan yang mengejar karier mereka sendiri setelah menikah tanpa menyerah.

        Dukungan yang lebih baik untuk kehidupan setelah menikah

        Salah satu faktor yang memudahkan perempuan untuk melanjutkan karier mereka adalah peningkatan sistem dukungan sosial untuk kehidupan setelah menikah. Secara khusus, upaya-upaya berikut sedang dilakukan.

        1. Perluasan program pengasuhan anak dan perawatan keperawatan

          Sistem tunjangan cuti pengasuhan anak dan tunjangan cuti pengasuhan keperawatan telah dikembangkan untuk mengurangi masalah keuangan. Ketersediaan pusat penitipan anak dan layanan penitipan anak telah diperluas, sehingga memungkinkan untuk menyeimbangkan pengasuhan anak dan pekerjaan.

          2. penilaian ulang pembagian peran antara suami dan istri

            Meningkatnya kesadaran akan perlunya pasangan untuk berbagi pekerjaan rumah tangga dan tanggung jawab mengasuh anak telah mengurangi beban pada perempuan. Persentase laki-laki yang mengambil cuti mengasuh anak juga meningkat, dan budaya pengelolaan hidup secara kooperatif oleh seluruh keluarga pun menyebar.

            3. Dukungan untuk masyarakat setempat

              Di beberapa daerah, LSM dan layanan pemerintah daerah yang mendukung keluarga yang membesarkan anak telah mapan, menciptakan lingkungan tempat perempuan dapat bekerja dan hidup dengan damai.

              Perubahan dalam Formalitas dan Nilai-Nilai Pernikahan

              Dulu, pernikahan di Jepang dipandang sebagai bagian dari ikatan keluarga dan peran sosial. Namun, saat ini, bentuk dan nilai-nilai pernikahan semakin beragam.

              1. Meningkatnya pernikahan de facto dan terpisah

                Semakin banyak pasangan yang memilih gaya pernikahan baru, seperti pernikahan de facto dan terpisah, selain pernikahan resmi. Hal ini memungkinkan pasangan untuk menjalani kehidupan pernikahan mereka sambil menghormati kebebasan masing-masing.

                2. Penekanan pada hubungan antara pasangan

                  Pasangan yang sudah menikah semakin menekankan nilai-nilai dan ikatan emosional mereka satu sama lain daripada ikatan ekonomi dan sosial. Hal ini menyebabkan perkawinan yang diarusutamakan di mana setiap pasangan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri.

                  3. Meningkatnya usia pernikahan

                    Usia pernikahan pertama semakin meningkat, dengan banyak wanita menikah di usia 30-an atau lebih. Dengan nilai-nilai yang matang, semakin banyak yang berencana untuk menyeimbangkan karier dan kehidupan keluarga setelah menikah.

                    Prospek dan Tantangan Masa Depan

                    Meskipun kemajuan telah dibuat dalam menyeimbangkan pernikahan dan karier bagi wanita di Jepang, beberapa tantangan tetap ada.

                    1. Budaya jam kerja yang panjang

                      Jam kerja yang panjang tetap menjadi masalah yang terus-menerus dalam budaya kerja Jepang. Ini adalah faktor yang mencegah wanita untuk melanjutkan karier mereka.

                      2. Kesenjangan dalam Pemanfaatan Cuti Asuh Anak

                        Angka pria yang mengambil cuti mengasuh anak masih lebih rendah daripada wanita, dan beban pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak cenderung lebih banyak ditanggung oleh wanita.

                        3. Ketimpangan dukungan antarwilayah

                          Meskipun daerah perkotaan menyediakan dukungan yang cukup, ada beberapa kasus di mana fasilitas penitipan anak dan sistem pendukung kurang tersedia di daerah pedesaan.

                          Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan perubahan kesadaran dan perluasan sistem lebih lanjut di seluruh masyarakat.

                          Kesimpulan

                          Di Jepang modern, jumlah wanita yang menyeimbangkan pernikahan dan karier terus meningkat. Seiring dengan peningkatan sistem pendukung masyarakat dan semakin beragamnya nilai-nilai, saatnya bagi wanita untuk bebas memilih kehidupan mereka sendiri. Namun, masih banyak masalah yang harus diselesaikan. Di masa mendatang, penting untuk membangun kerangka sosial yang mendukung gaya hidup yang lebih beragam dan bertujuan untuk menciptakan lingkungan tempat semua orang dapat menjalani kehidupan pernikahan mereka sendiri yang unik.