• Januari 15, 2025 4:43 PM

Hak dan Isu Hukum LGBTQ+ di Jepang

ByDatingApp JAPAN

Des 30, 2024
LGBTQ+ Legal Rights and Issues in Japan

Pernikahan sesama jenis tidak diakui secara hukum di Jepang saat ini. Pasal 24 Konstitusi Jepang menetapkan bahwa “pernikahan hanya boleh berdasarkan persetujuan kedua jenis kelamin,” dan pasal ini telah menjadi penghalang bagi legalisasi pernikahan sesama jenis. Berdasarkan interpretasi ini, pandangan umum adalah bahwa pernikahan terbatas pada pasangan lawan jenis. Hal ini mencegah pasangan sesama jenis menikmati hak hukum dan jaminan sosial yang diberikan oleh pernikahan.

Menanggapi kurangnya pengakuan hukum atas pernikahan sesama jenis saat ini

Semakin banyak seruan untuk pernikahan sesama jenis. Selain seruan dari organisasi hak asasi manusia dan komunitas LGBTQ+ di Jepang dan luar negeri, pada tahun 2021 Pengadilan Distrik Sapporo memutuskan bahwa undang-undang saat ini yang tidak mengakui pernikahan sesama jenis “melanggar Konstitusi. Meskipun putusan ini merupakan terobosan, reformasi hukum lebih lanjut diperlukan agar pernikahan sesama jenis dapat diakui secara nasional.

Perluasan Sistem Kemitraan

Meskipun pernikahan sesama jenis tidak diakui, sistem kemitraan, yang telah diperkenalkan di tingkat kota, merupakan salah satu sumber dukungan bagi pasangan sesama jenis. Di bawah sistem ini, pasangan sesama jenis dapat memperoleh sertifikat kemitraan untuk secara resmi mengakui hubungan mereka sebagai pasangan.

Pada tahun 2022, banyak pemerintah daerah di Jepang telah mengadopsi sistem ini, dan cakupannya terus berkembang setiap tahun. Dalam beberapa kasus, memperoleh sertifikat meningkatkan kemudahan dalam kehidupan sehari-hari, seperti izin kunjungan rumah sakit dan peningkatan penanganan kontrak perumahan sewa. Namun, sistem kemitraan tidak mengikat secara hukum dan memiliki keterbatasan yang signifikan dibandingkan dengan pernikahan heteroseksual.

Tantangan yang tidak memberikan hak hukum

Karena pasangan sesama jenis tidak diakui secara hukum sebagai pasangan menikah, mereka tidak menikmati hak-hak dasar berikut ini

1. Hak waris

    Karena pasangan sesama jenis tidak diakui secara hukum sebagai pasangan, mereka tidak secara otomatis berhak mewarisi harta benda jika pasangannya meninggal dunia

    2. Hak atas persetujuan medis

    Ketika pasangan menerima perawatan medis di rumah sakit, hak untuk menyetujui operasi, dll. tidak diakui.

    3. Manfaat pajak

      Anda tidak berhak atas manfaat pajak penghasilan dan pajak warisan yang menjadi hak pasangan heteroseksual.

      4. Cakupan asuransi sosial

        Ada juga pembatasan asuransi kesehatan dan cakupan pensiun sebagai pasangan.

        Masalah-masalah ini tampak besar sebagai masalah praktis yang dihadapi oleh pasangan sesama jenis. Tantangan-tantangan ini dapat diselesaikan jika pernikahan sesama jenis diakui, tetapi sulit untuk diselesaikan berdasarkan hukum saat ini.

        Perbandingan dan Tantangan Internasional bagi Jepang

        Secara global, jumlah negara yang mengakui pernikahan sesama jenis terus meningkat: pada tahun 2022, banyak negara telah melegalkan pernikahan sesama jenis, termasuk Amerika Serikat, Kanada, Australia, Prancis, dan Jerman. Di negara-negara ini, legalisasi pernikahan sesama jenis telah sangat meningkatkan hak-hak LGBTQ+ dan mendorong masyarakat yang lebih setara.

        Di sisi lain, Jepang, meskipun maju secara ekonomi, tercatat tertinggal dalam hal hak-hak hukum LGBTQ+. Di Asia, Taiwan menjadi negara Asia pertama yang melegalkan pernikahan sesama jenis pada tahun 2019. Langkah ini juga berdampak pada Jepang, yang memicu perdebatan di negara tersebut.

        Prospek Masa Depan dan Jalan untuk Menyelesaikan Masalah

        Untuk melegalkan pernikahan sesama jenis di Jepang, reformasi hukum sangat penting. Ini akan membutuhkan perubahan kesadaran dan gerakan politik di seluruh masyarakat. Baru-baru ini, dukungan LGBTQ+ di tingkat perusahaan dan kota sedang berkembang, yang mengarah pada kesadaran sosial yang lebih besar. Upaya juga sedang dilakukan dalam pendidikan untuk memperdalam pemahaman tentang keberagaman. Namun, masih banyak tantangan dalam mewujudkan pernikahan sesama jenis. Secara khusus, pandangan tradisional tentang keluarga dan nilai-nilai budaya menjadi hambatan dalam mewujudkan pernikahan sesama jenis. Untuk mengatasi hambatan ini, diperlukan diskusi yang luas dan kegiatan peningkatan kesadaran.

        Kesimpulan

        Hak-hak hukum dan tantangan kaum LGBTQ+ di Jepang terlihat jelas dalam status pernikahan sesama jenis dan sistem kemitraan saat ini. Legalisasi pernikahan sesama jenis akan menjadi langkah penting untuk menyelesaikan banyak tantangan yang dihadapi oleh komunitas LGBTQ+ dan mencapai masyarakat yang lebih setara. Hal ini akan membutuhkan individu, bisnis, dan pemerintah untuk bekerja sama guna mengubah sikap masyarakat secara keseluruhan. Kita harus menghadapi masalah ini dan melangkah maju ke masa depan.